Jumat, 23 Mei 2014

Perpisahan di Bulan Januari



Virusvirus radang tenggorokan menerjangku, aku terbaring, lemah, tak berdaya.
Pijatan adik perempuanku belum bisa mengurangi rasa sakit itu. Aku hanya bisa merebahkan diri, tidur, menutup mata. Panas tubuhku semakin tinggi, aku menggigil.
Pagi hari, guyuran air dingin membilas tubuhku yang panas. Aku ingin roboh, tapi tekad membuatku kuat.
Pagi itu, aku harus menjalani ritual perpisahan, di bulan Januari.
Berpisah dari mamakku, kakakku, dan adik-adikku.
Perpisahan ini memang sudah harus terjadi, karena setelah itu, suatu saat aku pasti akan kembali.
Kaki melangkah gontai sambil menyeret satu koper besar seberat tiga puluh kilogram.
Aku menggigit bibir menaikkannya ke alat timbang bandara.
Yah, itu. Aku harus menjalani perpisahan di bulan Januari.
Tak apa berpisah, nanti juga akan bertemu lagi.
Sampai sekarang, perpisahan di bulan Januari masih terasa, ini seperti kejadian kemarin sore yang menempel di pelupuk mata.
Tumbukan tubuhku dan mamakku ketika berangkulan dan diam sejenak beberapa saat lalu melepasku pergi, hangatnya masih menempel, di kulit gaun hitam putih kesayanganku.
Sentuhan dan lambaian tangan kakak dan adik-adikku masih membekas di telapak tanganku.
Kerinduan akan kampung halamankupun belum tumbuh sejengkalpun.
Perpisahan di bulan Januari, seperti mimipi sepintas lalu.
Ah.. perpisahan di bulan Januari yang indah itu.


Studentski Grad,  Kamar 578 Blok 2G

28 Januari 2014