Rabu, 19 Juni 2013

THE DIARY OF SICK MAN..

When night falls, the bird come home with their tiredness. But there is sick man who keep suffering from his illness. He touch his abdomen and keep muttering the quran verses, hope the verses could calm his illness. He keeps doing that, and merely his illness reducing a little bit. While keeping withstand with all those sickness, he stares at the ceiling, wishing a fairy pop out from them and will erase his pain with one flick of the wand. He keeps staring the ceiling, and then, one by one the face of people he love the most come in his minds. He cried without sound, his eyes teary without any command. He closes his eyes so that the face can comes once again, clearly, vividly and boldly. He keeps close his eyes. In a very phase of time. The first glimpse of the face is the girl he love the most in the world. He falls in love at the first sight with her. He meets her somewhere, he doesn’t remember where, and voila! since then those girl’s face decorate his minds all the time. Like glue. Like ghost. Like angels. Eleven second passed by, he talk to himself: “ohhh god, when you take my life today, this evening, please tell her, the girl whom i love, that i love her sincerely, from the deepest of my heart, from the bottom of my heart. She was catching fire within my heart”. A pause. Second face appeared, his mother face comes really beautifully. He cries again and again, he still remember the promise that he needs to fulfill, he wants to make his mother happy, he wants to see his mother face full of laughter, he wants his mother can see his son or daughter. But it seems, those thought could not be fulfilled. He is now in a foreign land. He can not tell his mother that he is severely sick, he can not say bad thing about himself. He wants that his mother just knowing his son always happy in a foreign land, though he is still young. He has alot of those heavy thought. He is sad when he remember the old woman become beggar in the corner of street, old women who become war victim who lose her face, her husband, her son and religion rule trapped her begging for a bite of bread in the middle of hot dessert in Afghanistan. Remembering those story of poor women, the man promise to himself that he will keep his mother in peace, happy and prosperous. Another pause. He sees his sisters and brothers, he remembers how he ate oranges and divided it into five, one for him, two for his sisters and his brothers. He could remember how they laugh together in the bench in front of the house. How they eat everything together, in the sadness and happiness. How they desperated when their father leave them forever and maybe in a couple minute, he will join his father in the heaven. He finally could take care of his father. Actually, he was so sad when he could not escort his father to the samatary, he felt he is bad son. He hit himself for eleven days, crying like crazy, doing impulsive things that he could not imagine. And now is the time he redeems all his wrongness. He felt wrong, though many people said that what he did not wrong, he just unfortunate could not escort his father. But, his regretness rooted in his heart, painful and poignant. Pause. He sees his best friend, Kenthir. He already befriended with him for about six or seven years. He met him in the university. He is a junior in english department. He is smart and digest everything he read. All girls admires him. He guessed if there is no Kenthir in his life. His life would totally plain. Pause. The pain come again, like a strike of a bowling ball. This pain gets sick and sick. His breath slowly getting fast, his vision slowly getting blurred. He tries to straight his minds, but its impossible. Sick man never gets his mind straighten. He holds his blanket, try to breath normal. But it failed. In a flash, the man saw all the faces he saw before. And at the same time, the sick man finally pass out.. he felt the death already hug him. In fact, the death angel just give him a time out.


Avala.20.6.2013. 

Rabu, 05 Juni 2013

MERINDUKAN SANAK FAMILI...

Sudah dua bulan ini aku absen menghubungi mamaku. Ada hal tidak enak yang terganjal dalam lubuk hati, namun aku membiarkannya saja. Sampai pada kemarin petang, kedua adik perempuanku menghujaniku dengan pesan agar menelfon mamaku. Mereka bilang, mamaku sangat kangen diriku dan menyuruhku menelfonnya. Ya, aku harus menelfon mamaku malam ini juga. Ini berarti pagi hari di Jepara. Dan agak bodohnya, aku menelfon mamaku pada waktu Jepara yang menunjukkan pukul 4 pagi. Aku menunggu beberapa menit, tidak ada jawaban. Aku telfon adikku Ema juga, tetap tidak ada jawaban. Dan beberapa detik kemudian aku ingat bahwa jamjam 4 pagi adalah waktu jama’ah mamaku dan adikadikku di masjid depan rumah. Haha.. kebodohan sesaat yang aneh.
Lalu, aku memutuskan menunggu sampai pukul 5. Jamjam segitu mama lagi mengaji si. Tapi tak apalah, rindu sudah tak bisa dibendung lagi. Mama juga bisa nglanjutin baca qur’annya abis aku telfon. Hahaiy. Jadi, sambil menunggu waktu berotasi dan menunjukkan tepat pukul 5 pagi, aku menulis catatan ini. Catatan seorang anak perempuan kedua dari lima bersaudara yang sedang kangen berat sama mamanya, sanak familinya.. yang sekarang sedang terlempar keadaan di negara Serbia, nun jauh disana.
Tapi, sebenarnya jauh dari rumah adalah hal yang biasa bagiku sejak sekolah menengah pertama. Aku biasa pulang sebulan sekali waktu SMA dan kuliah dulu, bahkan dua sampai 3 bulan. Aku hanya pulang disaat aku kehabisan uang untuk hidup. Sampaisampai mamaku jengah dan harus menyuruh adik perempuanku menelfonku dan mengatakan aku harus pulang. Agak sedikit aneh si, tapi apa itu berarti aku memang aneh. Haha.. entahlah. Jarak antara aku dan keluargaku kadang tidak membuatku kangen, tapi kalau sudah lebih dari 3 bulan aku pasti pulang. Sampaisampai ketika aku pulang tanpa pemberitahuan, mamaku heran dan bertanya apakah aku baikbaik saja? Apa keanehanku ini sudah ada di gengen sel tubuh keluargaku dan temurun kepadaku? Entahlah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5: 12 pagi. Aku menelfon mamaku (lagi!). dan akhirnya setelah meniupi telfon genggamku dengan basmalah tiga kali, telfon jarak jauhku tersambung juga. Bunyi tut tut sudah hilang dan berganti suara adik lakilaki bungsuku Fathi. Dia menjawab halo dengan suara bas anak lakilakinya. Dan menjawab dengan santai seperti biasa. Aku yang sudah senang telfonnya tersambung menjawab histeris: “adeeee.. mba icek kangeeen, muah muah”. Lalu adikku dengan santainya menjawab: “ade ga kangen”. Ckckkc, seketika itu juga rasa mau njitak adikku sangat besar, mana ada ade yang ga kangen kaka perempuannya yang heboh ini. Haha. Tapi aku langsung nyerocos, menanyainya macammacam, mulai dari kabarnya, lagi apa, sudah shalat apa belum. Dan dia bilang kalau dia lagi sakit panas seperti biasa. Diagnosa kecapekan main bola seperti biasa. Dan setelah itu sayupsayup suara berisik terdengar. Keluarga besarku sudah datang semua. Kiki, sepupuku langsung menyambar telfon dan mengkoor, mba asniii cici disini. Haha. Menyenangkan sekali mendengar suara keluarga yang tak asing. Suarasuara mereka, apa yang mereka katakan tibatiba menjadi penting dan menguasai emosiku. Ah, ternyata mereka memang sangat penting buatku.
Tak lama kemudian, suara mamaku terdengar. Haloo,, Anik. Iya ma. Kamu sudah lupa sama mama?. (Respon yang sudah kuprediksi). Engga ma, asni cuman lagi miskino habis ke Turki. Walah.. kamu jalanjalan ae?. Ga ma, ada tugas atas nama PPI Serbia. Owh, berapa pesawat Serbia-Turki?. Satu Juta Dua Ratus ma PP bayar sendiri. Owh, hla mbokya kamu umrah saja kalau punya uang. Opo ma? Umrah? Asni belom ngerti doadoanya. Kan bisa nanya KBRI kamu. Iya ma (sambil ngerasa obrolan mama agak krikkrik). Nek punya uang lagi, sekalian haji yah. Oke ma (padahal ngerasa tambah krikkrik). Kamu jangan lupa shalat ya. Oke ma. Jangan lupa ngaji. Oke ma. Jangan lupa puasa. Oke ma.
Lalu tibatiba mama lapor kalau tante Sri, Lek Olis, Lek us, Om udin, Om Kholik, dan lainnya telah datang.. (dikejauhan aku juga sudah bisa mendengar suara orang berdatangan, suarasuara mereka yang sahut menyahut dan saling bertanya kabar). Ya, hari ini semua keluarga datang kerumah karena sepupu lakilakiku yang bernama Mas Uul melangsungkan pernikahannya. Mama bilang kalau mas uul dapat orang Keling, desa tak jauh dari desaku. Wah.. rame banget pasti dirumah. Saatsaat yang paling ngangenin adalah saatsaat seperti itu. Keramaian saat keluarga berkumpul. Sanak famili akur dan saling mengunjungi. Sungguh indah..
Kadang sempat terlintas dalam pikirku. Bagaimana kalau aku terlahir di dalam keluarga yang tidak akur, banyak konflik dan intrik. Aku tidak bisa membayangkan akan jadi seperti apa. Tentu aku sangat bersyukur pada tuhanku. Aku lahir dari keluarga baikbaik, beragama baik, toleran, sangat penuh demokrasi, tanpa paksaan, dan sangat rukun. Mungkin inilah sebabnya, karakterku sangat positif. Aku memandang dunia lebih kearah yang serba baik, tidak bersedih atau bagaimana. Kadang malah, teman meksikoku bilang aku terlalu baik. Namun, kupikir sifat dan karakter ini bisa menjadi kelebihanku. Aku bisa menyebarluaskan pandanganpandangan baik ini ke semua orang. Jadi, dunia ini ada intermeso, tidak melulu halhal tidak baik yang menguasai. Tapi masih ada secuil kebaikan yang masih tersemai dan terus tumbuh dari ras manusia. Itulah sebabnya.. merindukan sanak famili adalah salah satu bagian dari karakteristik orang baik dan penebar kebaikan. Haha. Ada ada aja aku ini.


Avala.6.6.2013.