Jumat, 14 November 2014

CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA

Namaku adalah Narayan Tagore, aku tinggal di Praha. Praha adalah ibukota dari Republik Ceko yang terletak di bagian barat tengah negara itu, di wilayah Bohemia. Kota ini sering disebut Kota Seratus menara karena terdapat banyaknya gereja dan menara. Aku sekarang ada di kelas tiga SMA. Aku suka membaca sepanjang hari, khususnya novel dan puisi. Aku tidak tahu mengapa aku sangat menyukai membaca. Tapi novel dan puisi telah menjadi segalanya untukku sejak aku masih SD. Banyak orang bertanya-tanya mengapa aku belum mempunyai pacar padahal mereka bilang aku cantik, bahkan yang paling cantik di daerahku setelah tahun ini aku dinobatkan sebagai Putri Bohemia 2010. Dan mereka selalu kujawab “entahlah, mungkin memang belum ketemu yang pas”.
Hari ini, Senin 11 Agustus 2010 aku pergi ke sekolah seperti biasa. aku bangun lebih awal dari biasanya. Aku begitu antusias karena ada guru baru dari Indonesia. Sebenarnya aku tidak pernah mendengar sebuah negara bernama Indonesia, tetapi tampaknya Negara tersebut sangat menarik untukku karena guru baru itu akan mengajar pelajaran favoritku, Pengantar Kajian Puisi.
Pagi itu bel berbunyi begitu keras, menunjukkan bahwa pelajaran akan segera dimulai. Aku terburu-buru pergi masuk ke kelas karena aku tahu bahwa aku hampir datang terlambat untuk jam pelajaran pertama. Tapi aku kira itu tidak apa-apa karena aku pernah mendengar tentang budaya Indonesia, terlambat adalah sesuatu yang umum di sana, dan aku sebenarnya sedikit terkejut mengenai rumor tersebut. Untungnya, setelah terlambat selama lima menit, aku membuka pintu dan menemukan pak Darwin, guru puisi yang akan pindah sedang berdiri di depan kelas.
 "maaf pak,
saya datang terlambat"
pak Darwin menatapku lalu tersenyum.
"Sudahlah,
kembali ke tempat dudukmu" katanya.
aku menuju ke tempat dudukku dan menenangkan nafas yang masih ngos-ngosan. Aku lalu membuka r
esleting tas pink dan mengambil buku catatan dan buku pelajaran. Aku membuka buku pelajaran puisi di halaman 35.
Tiba-tiba pintu terbuka, seorang laki-laki berumur sekitar 25 tahunan masuk, Dia memperkenalkan dirinya di depan kelas sebagai guru baru yang akan menggantikan pak Darwin, ia mengatakan bahwa namanya adalah pak Drajad
Priambodo, nama khas Indonesia yang terdengar aneh di telinga aku. Aku tidak tahu kenapa, tapi saat kutatap matanya, waktu seakan beku (mungkin). Aku bisa menggambarkannya sebagai orang yang tidak menarik tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya begitu istimewa. Dia tidak terlalu tinggi sebenarnya, aku bisa mengatakan hal itu karena tinggiku sekitar 178 dan aku pikir dia hanya 170. Dia memiliki kulit gelap, berkumis tebal dan hidungnya agak pesek, oh tuhanku, ia seperti datang dari planet lain (ku pikir waktu itu), tetapi senyumnya yang begitu indah dan menawan mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya termasuk siswa-siswi seisi kelas. Suasana beku yang aku rasakan mulai mencair saat ia memulai pelajaran puisi pagi itu. Dia membaca kutipan puisi dari "lagu cinta J. Alfred Prufrock".

“Let us go then, you and I
When the evening is spread out against the sky
Like a patient etherized upon the table;”

"Oke, silakan ulangi puisi yang
saya baca" kata guru tersebut

“Let us go then, you and I
When the evening is spread out against the sky
Like a patient etherized upon the table;” ulang seisi kelas.

"Baiklah, bagus, tapi kalian semua harus mengisi perasaan puisi ini dengan penuh rasa cinta, ini adalah lagu cinta dari J. Alfred Prufrock, ingat?!" Kata guru itu.
Kami mengulangi puisi itu, dan tidak satupun yang ingin kulihat dengan liar kecuali matanya. Aku tidak ingin melewatkan kesempatan itu. Semua yang ingin aku amati adalah
roman mukanya, senyumnya, gerak gerik tubuhnya, oh semuanya. Kemudian ternyata kusadari bahwa hatiku berdebar terus dan terus lagi, semakin kencang dan kencang lagi.
Astaga, apakah ini cinta pada pandangan pertama
Tuhan?
Namaku Narayan Tagore dan sekarang aku berpikir bahwa aku telah jatuh cinta dengan guruku sendiri. Seminggu setelah pengenalan guru baru, aku berpikir itu adalah minggu yang sangat indah. Aku ingat bahwa akhirnya hari ini adalah hari Sabtu dan merupakan hari libur. Terima kasih
Tuhan ini adalah hari Sabtu. Hari dimana status menjadi pelajar kuletakkan sejenak dan bisa menjadi Narayan Tagore, si gadis biasa yang juga berhak untuk hidup untuk masa remajanya selain berpikir tentang sekolah. Namun, agaknya hari Sabtu ini aku benar-benar malas untuk pergi ke manapun. Aku hanya ingin menikmati hidup, meski hanya berguling-guling dan berdiam diri di rumah.
Sabtu pagi itu aku baru saja selesai sarapan dan membaca 'Harian Bohemia', menghirup secangkir kopi susu favoritku saat ponselku mulai menari dan bernyanyi di meja makan di mana ia berbaring, aku pikir itu hanya sms yang masuk tapi ternyata itu adalah sebuah panggilan dari nomor yang tidak kukenal. Aku tidak tahu siapa yang meneleponku, dan kemudian aku angkat saja telepon itu.
"Halo, Nara di
sini" kataku.
"Halo" jawab seseorang, itu adalah suara seorang laki-laki,
Tiga detik kemudian, seorang pria misterius di seberang sana yang memanggilku hanya diam.
orang tersebut diam cukup lama sampai aku memutuskan untuk
angkat bicara.
"Halo, siapa ini?" kataku
"...."
"Hal
loooo" teriakku
"Halo, apakah ini benar-benar Nara" kata ia
"Ya" jawabku
"Ini adalah pak Drajad, Nara" katanya
Ya Tuhan pak Drajad, mengapa dia meneleponku dan bagaimana ia bisa mendapatkan nomorku? Jantungku berdetak begitu cepat dan otakku mengajukan banyak pertanyaan untuk diriku, tetapi aku tidak tahu jawabannya
dan imajinasiku kembali ke dunia nyata, aku melanjutkan menjawab telponnya.
"Ya, pak, ada yang bisa
saya bantu?"
"Ya, bisakah kita bertemu sore ini di plaza de café?"
"Apakah ada sesuatu yang penting pak?" tanyaku
"Ya, tapi kita bisa membicarakan
hal itu kemudian, ketika kita bertemu nanti, oke? aku akan menunggumu pada jam 1 siang nanti, terima kasih "katanya
"Tapi pak?" jawabku, kemudian tuut tuut tuut, panggilan terputus.
Oh sial, aku bersumpah dalam hati. Aku benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padaku. Rasanya seperti mimpi atau aku
memang bermimpi?! Hatiku jadi bingung, bahagia, gemetar, dan seperti segala sesuatu yang kurasakan menjadi satu campuran. Bahkan hatiku ingin menjerit pada waktu itu (tentu saja karena senang). berharap ini benar-benar nyata.
aku meletakkan teleponku kembali ke meja
makan dan terus melanjutkan membaca 'Harian Bohemia'. Saat itu pukul 07.30 pagi dan aku merasa sangat bahagia. Setelah membaca koran, aku pergi ke kamarku di lantai dua. Aku mulai mempersiapkan diri aku untuk bertemu pak Drajad. Aku mandi selama satu jam dan kemudian berdandan dengan baju terbaik yang ku miliki. Ketika aku selesai berdandan, jam di kamar menyatakan pukul 12:00 siang. Aku langsung pergi ke garasi dan menyiapkan motor skuter.
aku tiba di plaza de café tepat waktu tetapi aku belum melihat pak Drajad. Aku
menggumam bahwa aku datang terlalu cepat dan kenapa aku yang harus menunggu pak guru?! Bukankah baiknya pak guru yang menungguku?! Secara aku perempuan dan ia lelaki. Sibuk dengan pikiranku sendiri, tiba-tiba sepuluh menit kemudian dia datang.
"Hei Nara" pak Drajad tiba-tiba menyapaku dari belakang kursi, aku
berbalik dan menjawab salam nya, "Hei pak".
Dia berjalan menuju kursi di depanku dan ketika ia berjalan aku bisa melihat wujud
nya, sebenar-benarnya dan sejelas-jelasnya. Dia adalah makhluk tampan yang pernah dibuat (pikirku). Dia mengenakan kemeja biru dan sangat rapi. Dia juga mengenakan parfum dari Indonesia, entah apa merknya. Dia begitu sempurna hari ini dan senyumnya membuat hatiku begitu berdebar-debar. aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Suatu perasaan aneh sudah menguasaiku ketika dia mengikutiku dengan mata hitamnya yang besar. pak Drajad menjelaskan sesuatu dan aku mengangguk tanpa memahami sesuatupun. Hatiku, aku tidak bisa merasakannya lagi, seperti telah dicuri oleh dewa dengan mata hitam, representasi dari dia. pak Drajad menjelaskan sesuatu lagi dan aku terkejut, benar-benar terkejut. pak Drajad memberitahu bahwa ia jatuh cinta denganku dari pertama kali dia melihatku. Dia mengatakan bahwa dia benar-benar percaya pada cinta pada pandangan pertama sehingga setelah mengajarku di kelas, ia bertanya pada pak Darwin tentang arsip siswa sehingga ia dapat menemukan semua informasi tentangku. Dia mengatakan bahwa dia seperti orang gila mencari dataku.
Astaga, apakah itu benar? Ini adalah saat yang indah yang pernah ku alami sepanjang hidup. Dan kemudian setelah dia selesai berbicara, ia bertanya apakah aku ingin menerima cintanya atau tidak.
aku menatapnya dan berkata
: "apakah semua yang bapak katakan benar-benar jujur pak?"
"Ya" jawabnya.
Ketika ia berkata demikian, hatiku berdebar begitu cepat seperti seorang atlet lari dalam perlombaan dan ingin menang. Bahkan, aku tidak bisa menyembunyikan wajahku yang mengatakan kepadanya "ya, aku ingin menjadi
pacar bapak”. aku merasa sangat malu dengan perilakuku di depan pak Drajad seperti itu, seperti bahwa aku perempuan yang tidak baik, perempuan yang tidak memiliki cinta sehingga harus menerima cinta dari gurunya sendiri. Selain itu, wajahku terbakar oleh rasa malu dan menjadi merah seperti kepiting rebus (tidaaak).
Saat aku masih diam, dia juga diam seribu bahasa. Ini seperti kita tenggelam dalam pikiran kita masing-masing.
aku menatapnya lagi, mencari kebenaran yang bisa kulihat
dan kutangkap. Aku tidak tahu mengapa tapi aku sudah membuat keputusan besar dalam hidupku, aku ingin menerima perasaannya padaku. Meskipun, aku benar-benar tahu bahwa kami baru bertemu selama seminggu, itu berarti tujuh hari, itu berarti 168 jam, itu berarti 10.080 menit, itu berarti 604.800 detik tapi hatiku mantap untuk memberikannya jawaban sekarang.
aku menatapnya sekali lagi, melepaskan napas dalam-dalam dan memberinya senyum terbaik yang pernah kumiliki. Tiba-tiba setelah aku tersenyum ke arahnya, dia memelukku erat sesaat dan berkata.
"Terima kasih untuk percaya padaku dan terima kasih untuk menerima cintaku"
"sama-sama pak" jawabku malu-malu
"Jangan panggil aku Pak, aku kan suami masa depanmu. Di kelas kamu adalah muridku tetapi di luar kelas, kamu adalah calon istriku, kamu mengerti?" kata dia
"Ya" kataku.
Namaku Narayan Tagore dan sekarang pekerjaanku adalah istri pak Drajad Priambodo, guruku sendiri ketika aku masih di sekolah menengah. aku tidak pernah menyesal tentang semua yang terjadi dalam hidupku termasuk perihal aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan guruku sendiri. Menurut pendapatku, cinta adalah hal yang baik. Meskipun menyapa ketika kita belum siap, tapi cinta selalu bisa menunggu sampai kita siap. Cinta akan datang di waktu yang tepat dan di tempat yang tepat. Jadi jangan menolak cinta yang sudah menyapamu hari ini ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar