Sudah dua bulan ini aku absen menghubungi mamaku. Ada hal tidak
enak yang terganjal dalam lubuk hati, namun aku membiarkannya saja. Sampai pada
kemarin petang, kedua adik perempuanku menghujaniku dengan pesan agar menelfon
mamaku. Mereka bilang, mamaku sangat kangen diriku dan menyuruhku menelfonnya. Ya,
aku harus menelfon mamaku malam ini juga. Ini berarti pagi hari di Jepara. Dan agak
bodohnya, aku menelfon mamaku pada waktu Jepara yang menunjukkan pukul 4 pagi. Aku
menunggu beberapa menit, tidak ada jawaban. Aku telfon adikku Ema juga, tetap
tidak ada jawaban. Dan beberapa detik kemudian aku ingat bahwa jamjam 4 pagi
adalah waktu jama’ah mamaku dan adikadikku di masjid depan rumah. Haha..
kebodohan sesaat yang aneh.
Lalu, aku memutuskan menunggu sampai pukul 5. Jamjam segitu mama
lagi mengaji si. Tapi tak apalah, rindu sudah tak bisa dibendung lagi. Mama
juga bisa nglanjutin baca qur’annya abis aku telfon. Hahaiy. Jadi, sambil
menunggu waktu berotasi dan menunjukkan tepat pukul 5 pagi, aku menulis catatan
ini. Catatan seorang anak perempuan kedua dari lima bersaudara yang sedang
kangen berat sama mamanya, sanak familinya.. yang sekarang sedang terlempar
keadaan di negara Serbia, nun jauh disana.
Tapi, sebenarnya jauh dari rumah adalah hal yang biasa bagiku sejak
sekolah menengah pertama. Aku biasa pulang sebulan sekali waktu SMA dan kuliah
dulu, bahkan dua sampai 3 bulan. Aku hanya pulang disaat aku kehabisan uang
untuk hidup. Sampaisampai mamaku jengah dan harus menyuruh adik perempuanku
menelfonku dan mengatakan aku harus pulang. Agak sedikit aneh si, tapi apa itu
berarti aku memang aneh. Haha.. entahlah. Jarak antara aku dan keluargaku
kadang tidak membuatku kangen, tapi kalau sudah lebih dari 3 bulan aku pasti
pulang. Sampaisampai ketika aku pulang tanpa pemberitahuan, mamaku heran dan
bertanya apakah aku baikbaik saja? Apa keanehanku ini sudah ada di gengen sel
tubuh keluargaku dan temurun kepadaku? Entahlah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5: 12 pagi. Aku menelfon mamaku
(lagi!). dan akhirnya setelah meniupi telfon genggamku dengan basmalah tiga
kali, telfon jarak jauhku tersambung juga. Bunyi tut tut sudah hilang dan
berganti suara adik lakilaki bungsuku Fathi. Dia menjawab halo dengan suara bas
anak lakilakinya. Dan menjawab dengan santai seperti biasa. Aku yang sudah
senang telfonnya tersambung menjawab histeris: “adeeee.. mba icek kangeeen,
muah muah”. Lalu adikku dengan santainya menjawab: “ade ga kangen”. Ckckkc,
seketika itu juga rasa mau njitak adikku sangat besar, mana ada ade yang ga kangen
kaka perempuannya yang heboh ini. Haha. Tapi aku langsung nyerocos, menanyainya
macammacam, mulai dari kabarnya, lagi apa, sudah shalat apa belum. Dan dia
bilang kalau dia lagi sakit panas seperti biasa. Diagnosa kecapekan main bola
seperti biasa. Dan setelah itu sayupsayup suara berisik terdengar. Keluarga besarku
sudah datang semua. Kiki, sepupuku langsung menyambar telfon dan mengkoor, mba
asniii cici disini. Haha. Menyenangkan sekali mendengar suara keluarga yang tak
asing. Suarasuara mereka, apa yang mereka katakan tibatiba menjadi penting dan
menguasai emosiku. Ah, ternyata mereka memang sangat penting buatku.
Tak lama kemudian, suara mamaku terdengar. Haloo,, Anik. Iya ma. Kamu
sudah lupa sama mama?. (Respon yang sudah kuprediksi). Engga ma, asni cuman
lagi miskino habis ke Turki. Walah.. kamu jalanjalan ae?. Ga ma, ada tugas atas
nama PPI Serbia. Owh, berapa pesawat Serbia-Turki?. Satu Juta Dua Ratus ma PP
bayar sendiri. Owh, hla mbokya kamu umrah saja kalau punya uang. Opo ma? Umrah?
Asni belom ngerti doadoanya. Kan bisa nanya KBRI kamu. Iya ma (sambil ngerasa
obrolan mama agak krikkrik). Nek punya uang lagi, sekalian haji yah. Oke ma
(padahal ngerasa tambah krikkrik). Kamu jangan lupa shalat ya. Oke ma. Jangan lupa
ngaji. Oke ma. Jangan lupa puasa. Oke ma.
Lalu tibatiba mama lapor kalau tante Sri, Lek Olis, Lek us, Om
udin, Om Kholik, dan lainnya telah datang.. (dikejauhan aku juga sudah bisa
mendengar suara orang berdatangan, suarasuara mereka yang sahut menyahut dan
saling bertanya kabar). Ya, hari ini semua keluarga datang kerumah karena
sepupu lakilakiku yang bernama Mas Uul melangsungkan pernikahannya. Mama bilang
kalau mas uul dapat orang Keling, desa tak jauh dari desaku. Wah.. rame banget
pasti dirumah. Saatsaat yang paling ngangenin adalah saatsaat seperti itu. Keramaian
saat keluarga berkumpul. Sanak famili akur dan saling mengunjungi. Sungguh indah..
Kadang sempat terlintas dalam pikirku. Bagaimana kalau aku terlahir
di dalam keluarga yang tidak akur, banyak konflik dan intrik. Aku tidak bisa
membayangkan akan jadi seperti apa. Tentu aku sangat bersyukur pada tuhanku. Aku
lahir dari keluarga baikbaik, beragama baik, toleran, sangat penuh demokrasi,
tanpa paksaan, dan sangat rukun. Mungkin inilah sebabnya, karakterku sangat
positif. Aku memandang dunia lebih kearah yang serba baik, tidak bersedih atau
bagaimana. Kadang malah, teman meksikoku bilang aku terlalu baik. Namun,
kupikir sifat dan karakter ini bisa menjadi kelebihanku. Aku bisa
menyebarluaskan pandanganpandangan baik ini ke semua orang. Jadi, dunia ini ada
intermeso, tidak melulu halhal tidak baik yang menguasai. Tapi masih ada secuil
kebaikan yang masih tersemai dan terus tumbuh dari ras manusia. Itulah sebabnya..
merindukan sanak famili adalah salah satu bagian dari karakteristik orang baik
dan penebar kebaikan. Haha. Ada ada aja aku ini.
Avala.6.6.2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar