Tahukah kamu? Aku terbangun
pagipagi buta hanya untuk tibatiba teringat padamu, diatas tuhanku. Aku membuang
jauhjauh pikiranku tentangmu. Tapi pikiran itu seperti psikopat yang
membuntutiku. Aku takut. Kenapa kamu menguasaiku, bahkan saat aku bangun. Kamu merampok
fokus eksistansi tubuh dan pikiranku. Padahal kamu hanya sekedar imaji saja. Imaji-imaji
yang beterbangan memenuhi isi kepalaku. Emosiku bercampur. Aku senang, sedih,
marah, rindu. Mengapa hanya kamu yang terbayang? Bukankah idealnya aku
membayangkan dan memikirkan mamaku, kakakku, adikadikku, kakak iparku dan keponakanku
yang baru lahir. Tapi kenapa hanya kamu? Aku tutup pikiranku seperti aku
menutup tubuhku dengan selimut. Aku berguling kesana kemari. Berusaha menghentikan
laju pikirku yang semakin deras akan dirimu. Aku bahkan berpikir bahwa aku
sudah gila. Mantramantra pemusnah pikiran sudah kuucap ribuan kali, tapi
imajimu tetap disana.
Tahukah kamu? Setelah serangan
imajimu bertubi-tubi meneror pikiranku. Aku sekarang pasrah. Aku menyerahkan
jiwa dan pikiranku padamu. Kalau tidak cukup, tubuhku boleh kau ambil. Aku akan
rela menjadi hambamu.
Tahukah kamu? Aku ingin merogoh
isi kepalamu dan melihatnya. Aku ingin tahu, apakah kamu memikirkanku secuil
saja? Iya, secuil saja. Aku tidak meminta banyak. Aku mafhum. Kamu adalah sosok
terindah dan termengerikan yang pernah kukenal. Kenapa tak kau lukai saja aku
dengan katakata kasar atau bendabenda tumpul yang sering digunakan
penjahatpenjahat itu? Bukankah itu lebih mudah. Aku akan segera bisa menghapusmu
dalam diriku (mungkin). Pikiranku akan punya banyak alasan untuk menghapus
namamu, meski pikiran tentangmu hanya sekedar melintas, tak sampai duduk dan
menyapa.
Sungguh.. tahukah kamu? Aku sepertinya
telah menjadi gila karena kamu. Kamu harus bertanggung jawab! Seandainya aku
bisa mengatakan dengan lantang padamu. Ya, kamu harus bertanggung jawab atas
kegilaanku! Kegilaanku karena kamu, karena kamu memenuhiku. Sekarang, aku
bahkan bisa merasakan perasaan Eng Tay, perasaan mencintai namun hanya
bisa melihat dari jauh. Hanya bisa tersenyum meski saat itu jiwaku bahkan sudah
melompat memelukmu erat.
Tahukah kamu? Sekarang aku harus
bersimpuh pada tuhanku karena menomorduakannya setelahmu. Apa kamu puas? Eksistensimu
mengobrakabrik tatanan jiwaku yang sudah mapan, bahkan pada tuhanku. Aku ingin
saja bersikap brutal. Membeberkan semua fakta tentangmu didalam isi kepalaku
dan mengakhiri semuanya. Tapi apakah itu cukup? Bukankah faktafakta kadang
terlihat bohong. Apa aku harus memintamu membelah hatiku? Sehingga kamu bisa
yakin bahwa faktafakta yang kubeberkan semua adalah benar. Ahhh.. entahlah.
Kamu.. iya kamu! Pada akhirnya
aku tidak bisa berbuat apapun tentangmu. Aku hanya bisa memandangmu. Dan hanya
dengan itu, duniaku terasa damai. Apa kamu titisan nirwana? Hingga kedamaian
bisa menelikungku hanya dengan memandangmu. Tapi entahlah dan sudahlah..
teriakan jiwaku nanti pada akhirnya akan menjangkaumu. Cepat atau lambat. Dan ketika
kamu sudah mendengarnya, kuharap warna hati kita sama. Dan tuhan mengijinkan
kita untuk menyatukannya. Hanya itu, iya hanya itu! Itu sudah teramat cukup
bagiku.
Avala. 10.5.2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar