Jumat, 10 Mei 2013

LAKI-LAKI BERMATA SENDU

Teruntuk Mas Pungky Catur Widiantoro


Aku duduk bersila di hadapan laki-laki bermata sendu. Laki-laki itu malah duduk merebah seakan daya hidupnya telah muspra ditelan monster jahat dari planet asing. Aku tidak tahu kenapa, namun mata laki-laki itu sangatlah sendu, seakan menyeret mataku yang penuh kegembiraan mendapat gaji pertama hanyut ditelan angin kencang.
Lama kumemandang, mata laki-laki itu tetap sendu. Kesenduannya menguar bak mercon yang dinyalakan pada malam tahun baru. Aku gelisah dan bertanya-tanya, kenapa sebenarnya lelaki itu? Ada pikiran apa saja didalam otaknya? Apakah dia baru saja mendapat musibah? Apakah hewan kesayangannya mati kena diare yang sedang mewabah?
Aaaarggh.. sungguh, banyak pertanyaan bersembulan didalam benakku. Aku tak tahan lagi dan mencoba memberanikan diri menanyainya. Kudekati laki-laki bermata sendu itu dan kubertanya padanya.
30 menit aku mengobrol dengan lelaki bermata sendu itu. Kesenduannya menyetrum kepadaku. Kisah hidupnya yang diceritakannya padaku laiknya dongeng naskah kuna yang tak kupercaya terjadi di alam nyata. Air mataku yang tlah lama kubendung pun jatuh berhamburan, tak keruan.
Laki-laki bermata sendu itu bercerita, dia dibesarkan di lereng pegunungan nan indah. Dan suatu hari muncullah seorang perempuan cantik, molek nan montok, dia bernama dadidud. Mereka merajut kasih seperti sepatu dengan lemnya, benang dengan jarumnya, udang dengan batunya, kaki dengan sendalnya. Cinta tak terpisahkan selama kurun waktu 7 tahun.
Pada hari Senin Kliwon, laki-laki bermata sendu itu belajar membaca dan menulis, sedang si perempuan cantik bernama dadidud itu sibuk menari tari Bali yang sangat eksotis. Saking eksotisnya, ada pangeran dari negeri jauh marantau terpincut dengan tarian dadidud. Lalu diculiklah dadidud kenegerinya, meninggalkan laki-laki bermata sendu itu sendiri. Mengelana ribuan tahun hanya untuk mencari dadidud.
Kini setelah 2000 tahun mengelana. Laki-laki itu menjadi buta, terdampar di negeri elok bernama Surakarta. Perbedaan waktu dan ruang membuat matanya yang buta menjadi super sendu. Dia selalu menyalahkan dirinya kenapa tidak menjaga dadidud dengan baik, cinta sesuai dengan ramalan dewata harus selalu berakhir bahagia. Namun cinta yang membara ini, menjadi padam dan menjadi kesenduan abadi.
Kesenduan abadi yang tersimpan di mata laki-laki itu. Yang menyeret sekelilingnya menjadi sendu. Aku ingin memutus tali kesenduannya itu dengan memohon kepada tuhan yang maha esa, agar pengelanaan laki-laki itu segera berakhir dan dia akan dipertemukan dengan perempuan cantik lain, yang dapat mengisi kekosongan hatinya. Melumurinya dengan cinta yang murni bak susu sapi murni dari Boyolali. Amin!

Solo. 7.11.2012. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar