Jenis kelamin manusia di dunia terbagi menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Dari pembedaan jenis kelamin tersebut, laki-laki dan perempuan mendapat tempat, posisi dan peran yang sama sekali berbeda pula. Perbedaan mencolok pertama mungkin bisa kita lihat dari bentuk fisik tubuh laki-laki maupun perempuan itu sendiri dan perbedaannya pun hanya hal sepele, penis dan vagina.
Dalam hal tempat, perempuan diasosiasikan dengan tempat yang aman, dan di dalam rumah. Perempuan dianggap manusia lemah yang jika mereka diijinkan keluar rumah maka mereka akan tewas dengan mudahnya karena ancaman binatang buas, cuaca ekstrem dan lain sebagainya. Perempuan juga sudah umum dianggap pantas di rumah karena perempuan hanya menjadi pajangan rumah yang bisa dipamer-pamerkan para laki-laki kepada laki-laki lainnya jika dibutuhkan. Ketika para perempuan tidak menjadi bahan pameran mereka, perempuan hanya akan menjadi pemuas nafsu dan hasrat laki-laki dalam seks. Kehidupan perempuan pun hanya akan berkutat dalam hal rumah tangga. Sehingga hal ini mengakibatkan perempuan bergantung kepada para laki-laki secara finansial karena pekerjaan perempuan di dalam rumah tangga tidak menghasilkan gaji sepeser pun.
Lalu posisi perempuan dalam masyarakat pun sudah mengalami stigma yang pasti, yaitu keinferioran. Perempuan selalu kalah dalam segalanya. Perempuan dianggap tidak bisa melakukan hal apa pun, kecuali berdandan, memasak dan melahirkan. Stigma ini diambil dari falsafah orang jawa yang menganggap pekerjaan seorang perempuan yang menikah hanya macak, masak, dan manak. Perempuan juga tidak diijinkan untuk mengutarakan pendapat maupun pikirannya. Ironis!
Dalam hal peran, perempuan hanya dianggap berguna sebagai mesin pelestari umat manusia. Karena perempuanlah yang mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anaknya yang kelak akan menjadi generasi manusia baru di bumi.
Tempat, posisi dan peran perempuan tadi sungguh bagai buah simalakama bagi kaum hawa, ditambah lagi dengan adanya institusi buatan manusia yang bernama masyarakat dan fatalnya melegitimasi semua anggapan diatas. Dalam masyarakat yang lebih menganggap penis sebuah representasi dari laki-laki dominan kemudian memberi para perempuan sikap-sikap yang represif. Hal ini juga diamini oleh ditemukannya ilmu-ilmu pengetahuan yang malah berpihak terhadap para laki-laki. Dan sejak saat itu pula, kehidupan para perempuan sudah mendapat kutukan sebelum mereka lahir dan akan mengalami kutukan yang sebenar-benarnya pada saat mereka lahir dan mulai menghirup oksigen sebagai penanda hidup mereka.
Perempuan yang pada penjelasan diatas sudah tertimpa banyak kemalangan akibat kepemilikan kelamin vagina akan bertambah malang dengan adanya persaingan sesama kaum hawa serta stigma tradisi, norma dan paradigma yang sudah terlanjur salah dan meracuni masyarakat kita.
Persaingan dan paradigma yang terlanjur salah sudah bercokol dan mengeluarkan nanah kebusukan yang setiap harinya tampak tidak mengalami penyembuhan malah keterparahan adalah mengenai definisi cantik bagi perempuan itu sendiri. Kalau tuhan itu adil dan memang seharusnya seperti itu, semua perempuan akan terlahir cantik apapun bentuk rupa fisik mereka. Tapi kenyataan tidak seindah anggapan logika yang berjalan, bukankah logika kita sudah tertata bahwa laki-laki identik dengan ketampanan dan perempuan identik dengan kecantikan. Lalu kenapa definisi kecantikan dalam diri perempuan pun harus mengalami pendefinisian yang sangat kejam?. Definisi cantik terpaksa dan dengan sadisnya dibentuk berusaha menjadi komodoti manufaktur yang akhirnya menyakiti kaum hawa itu sendiri. Entah sejak kapan definisi cantik dalam masyarakat itu terbentuk dengan begitu kokohnya sehingga mereka akan dengan fasihnya bisa mendefinisikan perempuan cantik.
Sebenarnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cantik didefinisikan sebagai 1. Elok, bagus, molek (tt wajah, muka); rupawan 2. Indah dari bentuk dan buatannya. Jadi definisi cantik harus diidentifikasi melalui rupa wajah dan bentuk perempuan secara keseluruhan. Berbicara tentang wajah, wajah adalah sesuatu yang menarik, unik, berupa fisik, lunak dan bahkan bisa go publik. Wajah kata sebagian besar orang adalah cermin dan simbol diri. Kita juga tahu bahwa wajah manusia didunia tidak ada yang sama persis dan ini menyuguhkan keunikan tersendiri. Wajah adalah refleksi kebenaran. Kita bisa melihat dengan jelas orang itu marah, sedih, bosan, gembira, semuanya melalui jendela wajah. Tapi hal ini sungguh sangat tidak adil jika wajah akan menjadi tolok ukur kecantikan seorang perempuan.
mistik kecantikan perempuan secara sederhana adalah keyakinan bahwa cantik itu baik dan jelek itu jahat. Hal ini dengan keras disanggah oleh Aristoteles, ia memisahkan antara kecantikan dan kebaikan. Aristoteles menganggap bahwa “kebaikan hanya terlihat dalam hubungan antar manusia sebagai subjek, sedangkan kecantikan dapat juga ditemukan juga di dalam benda-benda mati”, namun ia mendefinisikan kecantikan sebagai: “teratur, simetri dan tertentu”, atau “proporsional”, definisi yang bergaris besar sama dengan definisi dari KBBI.
Di sisi lain, ada anggapan bahwa secara umum wajah sebagi refleksi kecantikan perempuan dianggap merupakan sesuatu yang ilahiah dan bermakna mistis. Kecantikan dalam pendefisiannya pun jarang terdapat hal yang pasti, seperti contohnya seorang perempuan yang berwajah jelek tapi baik hati dan cerdas bisa dibilang sangat cantik. Hal ini dikarenakan kecantikan utama perempuan tersebut lebih terpancar melalui sikapnya dan kecerdasannya. Inilah mengapa ada anggapan bahwa cantik itu mistis, tidak ada pendefinisian yang pasti mengenai hal cantik.
Ada fakta menyedihkan dan ironis tentang definisi cantik yang banyak terjadi di Indonesia, perempuan cantik didefinisikan perempuan yang berwajah putih, bentuk muka yang lonjong, berbibir merah, berambut panjang, berjari lentik, berkaki jenjang, berbokong montok dan ukuran payudara yang lumayan besar. Pendefinisian yang runtut tersebut telah membuat banyak perempuan mengalami penyakit lupus secara psikologi, kepercayaan diri yang seharusnya seperti imun untuk melindungi diri malah berbalik menggerogoti kepercayaan diri itu sendiri dari dalam hingga habis tak bersisa. Bahkan akhir-akhir ini banyak sekali perempuan yang melakukan bunuh diri massal dengan suntik botox, sedot lemak, operasi hidung agar lebih mancung, tattoo alis dan lain sebagainya. Perempuan malah malu tampil secara natural dan tanpa polesan. Kaum perempuan lebih ingin melegitimasi definisi cantik secara fisik, bukan secara mistis dan ilahiah.
Banyak kaum hawa sendiri juga memerangi kaumnya yang dianggap institusi masyarakat tidak cantik secara fisik terutama wajah, tidak mengikuti mode dan definisi cantik ala kaum perempuan modern. Perempuan yang penampilannya tidak termasuk dalam kategori definisi cantik tersebut termarginalisasikan dan mendapat cemooh pedas. Mereka dicibir mulai dari ndeso, tidak tahu cara dandan, jelek dari lahir, dll.
Sebenarnya apa salah perempuan yang mendapat kutukan sedahsyat itu bahkan dari kaumnya sendiri. Bukankah definisi cantik seharusnya datang dari masing-masing individu perempuan itu sendiri yang berhak memberi pendefinisian cantik sesuai dengan kitab tubuh mereka. Cantik tidak lah melulu pada penampilan fisik yang terlihat saja tapi lebih dari itu. Cantik adalah bagaimana seorang perempuan memandang hidup dan menyikapi hidup itu sendiri sehingga definisi cantik adalah mistis benar adanya. Anggapan perempuan berkulit hitam yang percaya pada dirinya sendiri bahwa dia dapat sukses dan menaklukan dunia serta hobby bersyukur juga menolong lebih terlihat cantik daripada perempuan berkulit putih bertubuh bagus, berlipstik tebal dan penebar pesona dimata penulis. Lalu, apa definisi cantik menurut anda? Silahkan memilih dan memutuskan sendiri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar